Latar Belakang
Anak-anak belajar dengan orang lain melalui berbagai cara, meski cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, adalah hal-hal yang umum yang terjadi pada hampir semua anak didik.
Pengetahuan tentang hakikat pembelajaran yang terjadi pada mereka peserta didik sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran. Khususnya pada waktu menerima pembelajaran, itulah sebabnya calon guru sekolah dasar harus menguasai berbagai konsep motivasi belajar yang terkait dengan perkembangan dan pemerolehan ilmu pengetahuan.
Rumusah Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
-
- Pengertian motivasi.
- Pengertian motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
- Prinsip-prinsip motivasi belajar.
- Fungsi motivasi dalam belajar.
- Bentuk-bentuk motivasi di sekolah.
- Upaya meningkatkan motivasi belajar.
- Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran.
- Teknik-teknik motivasi dalam belajar-mengajar.
- Peranan guru dalam motivasi belajar siswa.
Pengertian Motivasi
Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2003 : 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari sini apa yang dikemukakan Mc. Donald mengandung 3 elemen penting:
- Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu.
- Motivasi ditandai dengan munculnya rasa.feeling, afeksi seseorang.
- Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks.
Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
1. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh anak yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh/mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku untuk dibacanya.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tersebut.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seorang anak belajar, karena tahu besok paginya akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji pacarnya.
Menurut Sudirman (2003 : 91), motivasi ekstrinsik ini bukan berarti tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi.
Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka perlu dipahami pula prinsip motivasi dalam belajar, menurut Sudirman (2003 : 118), sebagai berikut:
1. Motivasi Sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar.
Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar.
Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tersebut.
2. Motivasi Intrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar.
Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di laur dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar.
3. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman
Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberi semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Hukuman badan tidak dipakai lagi dalam pendidikan modern sekarang, karena hal itu tidak mendidik. Hukuman mata pelajaran tertentu, menghapal ayat-ayat Al-Quran, membersihkan halaman sekolah, dan sebagainya.
4. Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar
Kebutuhan yang tak biasa dihindari oleh anak didik adalah keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar. Karena bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan mendapat ilmu pengetahuan. Bagaimana untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki bila potensi-potensi itu tidak ditumbuhkembangkan melalui ilmu pengetahuan. Jadi belajar santapan utama anak didik.
5. Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tapi juga hari-hari mendatang.
6. Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seorang anak didik.
Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar serta ada juga anak didik yang aktif berpartisipasi dalam belajar. Di sini peran guru untuk memberikan suntikan dalam bentuk motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak penyeleksi perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. (Sudirman; 2003 : 122).
Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut di atas, akan diuraikan sebagi berikut:
- Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu.
- Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
- Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Tujuan belajar sebagai pengaruh yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan kehendak perbuatan belajar.
- Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.tujuan belajar sebagai pengarah yang memberikan motivsi kepada anak didik dalam belajar. Dengan tekun anak didik belajar. Dengan penuh konsentrasi anak didik agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin diketahui/dimengerti itu cepat tercapai.
Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan ini perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:
1. Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang.
2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Semua orang berhak menerima hadiah dari seseorang dengan motif-motif tertentu.
3. Kompetesi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif.
4. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
5. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya mempersiapkan diri belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Berbagai usaha dan teknik bagaimana agar dapat menguasai semua bahan-bahan pelajaran.
6. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.
7. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
8. Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif.
9. Hasrat Untuk Belajar
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
10. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitasn itu secara konsisten dengan rasa senang.
11. Tujuan yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut De Decce dan Graw Ford (1974) (Syaiul bahri, 2003 ; 135), ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar didik, yaitu:
1. Menggairahkan Anak Didik
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya.
2. Memberikan Harapan Realitas
Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik.
3. Memberikan Insentif
Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (pujian angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melaksanakan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
4. Mengarahkan Anak Didik
Mengarahkan perilaku anak didik adalah tuga sguru. Di sini guru dituntut memberikan respons terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan sebagainya harus diberikan teguran secara arif dan bijaksana.
Seperti dikutip oleh Gage dan Berliner (1979), French dan Raven (1959) menyarankan sejumlah cara meningkatkan motivasi anak didik tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran.
1) Pergunakan Pujian Verbal
2) Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
3) Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
4) Melakukan Hal yang Luar Biasa
5) Merangsang Hasrat Anak Didik
6) Memanfaatkan Apersepsi Anak Didik
7) Terapkan Konsep-konsep atau Prinsip-prinsip dan Konteks yang Unik dan Luar Biasa Agar Anak Didik lebih Terlibat Dalam Belajar
8) Minata Kepada Anak Didik Untuk Mempergunaka Hal-hal yang Sudah Dipelajari Sebelumnya
9) Pergunakan Simulasi dan Permainan
10) Perkecil Daya Tarik Sistem Yang Bertentangan
11) Perkecil Konsekuensi-konsekuensi yang Tidak Menyenangkan Terhadap Anak Didik dari Keterlibatan Dalam Belajar
Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Konsep motivasi dapat membantu kita dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi itu dalam belajar dan pembelajaran.
1. Motivasi Menentukan Penguat Belajar
Sesuatu itu dapat menjadi penguat belajar bagi seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain motivasi itu dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan kita yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa untuk dijadikan bahan melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan ini pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswanya di lingkungannya.
2. Motivasi Memperjelas Tujuan Belajar
Belajar tentang sesuatu itu akan lebih mudah apabila kita memahami apa tujuan pelajaran itu. Motivasi itu telah memperjelas tujuan belajarnya, dan kejelasan tujuan belajar itu dapat meningkatkan hasil belajar.
3. Motivasi Menentukan Ragam Kendali Rangsangan Belajar
Motivasi yang telah dimiliki bukan saja memperjelas tujuan pelajaran yang sedang diikutinya, melainkan juga dapat digunakan untuk memilih hal-hal mana dari cerita guru itu itu yang berguna untuk memantapkan pelajaran yang diterimanya itu.
4. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan lama belajar. Dia akan mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Ini berarti bahwa motivasi itu sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
Peranan dan pengaruh motivasi itu terhadap proses dan keberhasilan belajar siswa. Tidak jarang terjadi bahwa seorang anak yang cerdas, memiliki kemampuan belajar yang tinggi, tetapi tidak berhasil menyelesaikan pelajaran di suatu sekolah, hanya karena dia tidak mau belajar di situ, dia tidak siap untuk bersekolah di situ: dia tidak bermotivasi.
Teknik-teknik Motivasi dalam Belajar Mengajar
1. Pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik hasil kerja atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah yang sangat efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa menuju kepada hasil belajar yang baik. Pernyataan seperti ”Bagus sekali…”, ”Hebat…”, ”Menakjubkan…” di samping akan menyenangkan siswa yang bersangkutan, pernyataan verbal itu mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang berlangsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan atau pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.
2. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan suatu acara untuk meningkatkan motif belajar siswa.
3. Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motif belajar siswa. Rasa ingin tahu ini dapat ditimbulkan oleh susasana mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi, menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, menemui suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki.
4. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. Dalam upaya ini pun guru sebenarnya bermaksud untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
5. Menjadikan tahap dini dalam belajar mduah bagi siswa.
6. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar. Sesuatu yang telah dikenal siswa dapat diterima dan diingatkan lebih mudah. Jadi gunakanlah hal-hal yang telah diketahui siswa itu sebagai wahana untuk menjelaskan sesuatu yang baru atau belum dipahami oleh siswa.
7. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami. Sesuatu yang unik, tak terduga, dan aneh akan lebih dikenang oleh siswa daripada sesuatu yang biasa-biasa saja. Misalnya, untuk menjelaskan prinsip penyediaan (supply) dan kebutuhan (demand) dalam ekonomi, gunakanlah contoh penerapan tentang harga ganja.
8. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan jalan ini, selain siswa belajar dengan menggunakan hal-hal yang telah dikenalnya, juga dia dapat menguatkan pemahaman atau pengetahuannya tentang hal dipelajarinya itu.
9. Menggunakan simulasi dan permainan. Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang telah dipelajari atau seseuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Baik simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa.
10. Memberi kesempurnaan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum. Hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. Pada gilirannya suasana ini akan meningkatkan motif belajar siswa.
11. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar hendaknya ditekankan, sedangkan hal-hal yang berdampak negatif seyogianya dikurangi. Dampak negatif itu antara lain mencakup:
a. Kehilangan kepercayaan diri, misalnya karena tidak diketahui orang dia tidak dapat memecahkan suatu masalah.
b. Ketidak nyamanan jasmani, seperti duduk terlalu lama.
c. Kecewa karena tidak memperoleh keuntungan.
d. Orang lain tidak dapat memahami apa yang dimaksudnya.
e. Disuruh menghentikan pekerjaan pada saat dia sedang sangat tertarik dengan pekerjaannya itu.
f. Mengikuti ujian mengenai materi yang belum pernah diajarkan.
12. Memahami iklim sosial dalam sekolah. Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong untuk kemudahan berbuat bagi siswa di sekolahnya itu. Dengan pemahaman itu, dia akan mampu memperoleh bantuan yang tepat untuk suatu kesulitan.
13. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. Guru seyogyianya memahami secara tepat bilamana dia harus menggunakan berbagai manifestasi kewibawaannya kepada siswa untuk meningkatkan motif belajarnya.
14. Memperpadukan motif-motif yang kuat. Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif berprestasi sebagai motif yang kuat.
15. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Di atas telah dikemukakan bahwa seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil apabila dia memahami apa yang harus dikerjakannya, apa yang dicapai dengan perbuatannya itu.
16. Merumuskan tujuan-tujuan sementara. Tujuan belajar dapat merupakan rumusan yang sangat luas dan jauh utnuk dicapai. Supaya upaya mencapai tujuan itu lebih terarah, maka tujuan-tujuan belajar yang umum itu seyogianya dipilih menjadi tujuan-tujuan sementara yang lebih jelas dan lebih mudah.
17. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. Dalam belajar hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah.
18. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa. Suasana ini akan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain.
19. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. Persaingan semacam ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri.
20. Memberikan contoh yang positif. Banyak guru yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan pekerjaan para siswa tanpa control. Biasanya dia memberikan suatu tugas kepada kelas, dan guru meninggalkan kelas itu untuk melaksanakan pekerjaan lain. Keadaan ini tidak baik. Untuk menggiatkan belajar siswa, guru tidak cukup dengan cara memberi tugas saja, melainkan harus dilakukan pengawasan dan pembimbingnya yang memadai selama siswa mengerjakan tugas kelas itu.
Peranan Guru dalam Motivasi Belajar Siswa
Dalam upaya meningkatkan motif belajar siswa, guru mempunyai peranan yang sangat besar, antara lain adalah:
1. Mengenal setiap siswa yang diajarnya secara pribadi. Dengan mengenalisetiap siswa secara pribadi, maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian, maka upaya peningkatan motif belajar siswa dapat dilakukan secara tepat pula. Meskipun dia berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas, apabila guru mengenal setiap siswanya secara pribadi, dia akan mampu pula memperlakukan setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap siswanya itu.
2. Memperlihatkan interaksi yang menyenangkan. Interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang ”tidak berkenan” bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat suasana sehat dalam kelas. Suasana yang menyenangkan dan sehat itu akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar, motif belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakannya secara tepat. Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar dan penerapannya secara tepat membuat guru mampu mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa – terutama di sekolah dasar – sering timbul suasana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus dapat menyimak perubahan suasana kelas sebagai akibat dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat mengembalikan gairah belajar anak, antaranya dengan mengubah metode atau teknik mengajar pada waktu suasana bosan itu mulai muncul.
4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindar dari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan kepada upaya menghilangkan konflik dan frustasi itu. Energi mereka habis untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat belajar. Apabila guru dapat menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan frustasi itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan dapat dikembalikan kepada kegiatan belajar. Konsentrasi penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan motif belajar anak dan pada gilirannya akan menignkatkan hasil belajarnya.
5. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya. Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai dengan hal-hal yang diketahuinya dari setiap siswa itu.